Bagaimana Cara Meningkatkan Keberhasilan untuk Bekerja di Industri Teknologi Luar Negeri (Bagian 2)
Pacmann Team Juli 11, 2023
Jika Anda tidak memiliki banyak waktu untuk membaca keseluruhan artikel ini, berikut poin-poin yang dapat dipelajari dari beberapa talenta Indonesia yang bekerja di luar negeri terkait cara meningkatkan keberhasilan untuk bekerja di industri teknologi luar negeri:
- Untuk meningkatkan keberhasilan untuk bekerja di luar negeri, bukan hanya pengalaman bekerja, edukasi formal atau hard skill saja yang dibutuhkan, narasumber kami menyampaikan bahwa soft skill, portofolio, edukasi informal, dan jejak digital juga diperlukan untuk meningkatkan probabilitas untuk bekerja di industri teknologi luar negeri.
- Seluruh narasumber sepakat bahwa melakukan komunikasi efektif dan kemampuan beradaptasi adalah soft skill yang sangat membantu untuk bekerja di industri teknologi luar negeri.
- Portofolio adalah faktor yang bisa menarik perhatian employer, dari beberapa pengalaman narasumber, portofolio yang bisa menambah value adalah yang berhubungan dengan perusahaan yang dituju dan bisa meringankan pekerjaan mereka. Selain itu, mengikuti kompetisi juga dapat meningkatkan kemungkinan untuk bekerja di industri teknologi luar negeri.
- Untuk mempersiapkan keterampilan yang diperlukan untuk melamar kerja, ada edukasi informal yang bisa diambil, mulai dari course di luar negeri hingga platform belajar seperti Pacmann untuk belajar fundamental sampai aplikasinya di bidang-bidang tertentu. Beberapa negara seperti Jepang dan Korea juga terkadang dibutuhkan sertifikasi bahasa, baik di conversational level sampai ke business level.
Pada artikel Bagaimana Cara Meningkatkan Keberhasilan untuk Bekerja di Industri Teknologi Luar Negeri (Bagian 1), kami sudah membahas variabel-variabel yang meningkatkan probabilitas keberhasilan untuk diterima bekerja di industri teknologi luar negeri, khususnya terkait edukasi formal dan hard skill. Namun, meskipun edukasi formal dan hard skill dirasa cukup membantu narasumber kami untuk mendapatkan karier impian mereka, narasumber kami juga menyebutkan bahwa soft skill, portofolio, serta personal branding memiliki peranan sangat penting dalam membuka peluang baru dan memajukan karier mereka.
Apa yang disebut sebagai soft skill umumnya merujuk pada keterampilan manusia yang membantu kita membentuk kemampuan untuk berhubungan satu sama lain. Ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
- komunikasi efektif,
- kemampuan berkolaborasi,
- leadership, dll.
Dalam proses mendaftar pekerjaan, orang-orang yang dapat mendemonstrasikan soft skill yang kuat mengindikasikan kemampuan untuk membentuk hubungan yang lebih dengan baik dengan kolega dan pelanggan sehingga membentuk tempat kerja yang positif, inovatif, dan berkinerja baik.
Adapun portofolio dan personal branding adalah cerminan dari identitas dan potensi profesional Anda. Hal ini mencakup kombinasi dari keterampilan (hard skill dan soft skill) dan pengalaman yang dipresentasikan sebagai sesuatu yang berwujud untuk meningkatkan daya tawar di pasar tenaga kerja.
Pada artikel bagian kedua ini, para narasumber membahas apa saja soft skill, personal branding, dan portofolio yang bagaimana yang dicari di industri saat ini dan bagaimana para narasumber mengasah soft skill mereka, membangun portofolio, serta personal branding yang tepat untuk menembus peluang karier di industri teknologi luar negeri.
Apa background pengalaman kerja & pendidikan Anda?
Badar:
Badaruddin Motik, COO at Pacmann AI and Valiance,
Ex External Consultant at Google, USA (LinkedIn)
Saat ini saya menjabat sebagai COO di Pacmann dan Valiance. Sebelumnya, saya sempat tinggal dan menempuh pendidikan profesional program di UC Berkeley dan MBA di Westcliff University, Amerika Serikat, sembari bekerja sebagai business and operations di AgilityIO selama 6 Bulan di New York, linguistic QA tester di Apple selama 1 Tahun di Cupertino, ads quality evaluator di Google selama 1 Tahun di Los Angeles, dan mencoba membuat startup di bidang platform karier untuk pekerja di dunia entertainment di Los Angeles.
Aditya Arie:
Aditya (Arie) Wijaya, Sr. Geophysist/Petrophysicist at Halliburton, Norway (LinkedIn)
Selama 5 tahun terakhir pasca lulus sebagai sarjana teknik geologi, saya bekerja di industri energi (migas) sebagai ilmuwan geosains. Umumnya, saya bertanggung jawab untuk melakukan well-log data analysis, yang mirip seperti kombinasi data analysis menggunakan data bawah permukaan. Pekerjaan saya meliputi modeling, analysis, visualisasi, dan presentasi ke stakeholders. Awalnya, saya bekerja di Jakarta selama periode 2013-2017. Kemudian, saya pindah ke Kuala Lumpur, Malaysia di akhir 2017, dan sekitar awal 2023, saya pindah ke Stavanger, Norwegia untuk posisi senior geosains dengan tanggung jawab yang bertambah untuk menangani area Eropa hingga Sub-saharan Africa region.
Primawan:
Primawan Satrio, Senior Career Advisor, IT JOBs in Japan by Nihongo Online School, South Korea (Linkedin)
Sejak 2019, saya bekerja sebagai tech recruiter pada perusahaan headhunter Jepang sembari membangun recruitment startup saya sendiri. Sebelumnya, pasca lulus S1 teknik informatika dari Universitas Telkom, saya sempat bekerja selama 3 tahun sebagai software engineer (2012-2015), kemudian sebagai product manager selama 4 tahun (2015-2019).
Ali Akbar:
Ali Akbar Septriandri, Research Data Scientist at Nokia Bell Labs, UK (Linkedin)
Saya memiliki latar belakang pendidikan di ilmu komputer (ITB) dan kecerdasan buatan (University of Edinburgh), serta sedang menempuh program S3 (part-time) di bidang statistik (UCL). Selama 5 tahun terakhir, saya telah bekerja sebagai data scientist di perusahaan-perusahaan seperti Airy, HappyFresh, eFishery (Indonesia), Revolut (Inggris), dan terakhir di Nokia Bell Labs (Inggris). Sebagai seorang data scientist, saya banyak terlibat dalam proyek di bidang performance marketing, di antaranya menghitung customer lifetime value (CLV), customer segmentation, dan churn prediction. Namun, di pekerjaan terakhir saya, saya lebih banyak riset tentang applied natural language processing (NLP).
Apa saja soft skills yang paling diutamakan untuk bekerja di perusahaan atau negara tempat Anda bekerja?
Badar:
Orang di Amerika Serikat sangatlah vokal dan to the point. Maka dari itu, soft skill yang menurut saya amat sangat penting adalah ilmu komunikasi yang efektif. Bagaimana Anda bisa menyampaikan maksud dan tujuan secara efektif kepada kolega maupun atasan, merupakan keterampilan yang sangat berharga. Keterampilan ini saya asah sejak saya menempuh pendidikan S1, dengan mengikuti banyak organisasi di kampus, mengikuti tugas role play dan case study di kelas dengan sebaik-baiknya, serta mengikuti public speaking training.
Adapun pasca lulus kuliah, kita bisa mengasah keterampilan tersebut di pekerjaan dengan rajin memberikan masukan dan opini saat ada brainstorming meeting. Di luar effective communication, soft skill penting lain yang membantu saya dalam karier adalah keterampilan manajerial. Keterampilan ini saya dapatkan dengan membaca banyak buku manajerial kemudian mempraktikkannya secara langsung di proyek dan pekerjaan yang saya kerjakan.
Aditya Arie:
Effective communication adalah soft skill yang krusial saat bekerja di mana pun. Anda dapat meningkatkan keterampilan ini dengan sering-sering memperhatikan bagaimana manajer Anda berbicara. Visualisasikan, rehearse dalam pikiran Anda, dan praktikkan, misalnya dengan menjelaskan sesuatu ke rekan kerja. Salah satu cara yang cukup efektif bagi saya adalah melalui sharing, baik itu ketika presentasi teknikal di conference, atau ketika presentasi ke klien.
Primawan:
Komunikasi efektif yang disesuaikan dengan konteks budaya lokal adalah soft skill yang sangat berharga jika Anda ingin bekerja di luar negeri. Untuk kultur Asia Timur (Korea-Jepang) sendiri, penting untuk bisa membaca keadaan sekitar, menyampaikan ketidak setujuan secara halus, tidak terlihat mencolok, menguasai bahasa lokal dengan baik, hingga makna implisit-nya, dan bagaimana cara menyampaikan perasaan dengan bahasa lokal.
Ali Akbar:
Bagi saya, komunikasi tentu hal yang sangat penting. Punya kecakapan berbahasa Inggris tentu membantu kita dalam menyampaikan dan menerima informasi dengan baik. Lalu, penting juga untuk mengurangi rasa sungkan. Di kultur barat, jangan malu untuk bertanya apabila memiliki kebingungan. Sebab jika kita berdiam diri, kita akan dianggap sudah mengerti atau sudah tahu apa yang seharusnya dilakukan. Persiapkan juga diri untuk mendengar penyampaian masukan yang lebih gamblang. Masukan gamblang tidak perlu diambil hati, sebab masukan-masukan bersifat profesional dan bukan personal.
Bagaimana caranya memilih path portofolio yang Anda buat agar dapat memenuhi requirements di perusahaan negara tujuan?
Badar:
Jujur saya tidak mempersiapkan diri sama sekali sebelumnya, karena saat itu merasa pengalaman saya sudah cukup. Namun, ternyata saya dihadapkan oleh realita saat sampai di sana, oleh karena itu, di awal-awal, saya sangat cukup kesulitan untuk bisa mendapatkan pekerjaan.
Apabila boleh mengulang, saya akan mempersiapkan keberangkatan dengan jauh lebih matang lagi. Dapat dimulai dengan mencoba mencari tahu dan berdiskusi dengan teman-teman yang sudah sukses bekerja di sana dan riset lowongan pekerjaan yang high demand di negara yang akan saya datangi
Saya yakin dari diskusi tersebut saya akan mendapatkan informasi mengenai demand besar untuk industri STEM. Apabila saya mengetahui hal ini, mungkin saat itu saya akan mempersiapkan diri lebih baik dengan mempelajari ilmu di bidang ini, entah itu sebagai full stack software developer atau software business analyst, serta membangun portofolio yang komprehensif, dan bahkan mungkin bekerja dulu selama 1–2 tahun terlebih dahulu di bidang tersebut.
Dikarenakan selain degree, company di sana juga cukup skill oriented, mereka akan melakukan tes dan melihat portofolio untuk memastikan bahwa kamu memang bisa mengerjakan hal yang perusahaan inginkan.
Aditya Arie:
Portofolio pada dasarnya adalah brosur diri kita untuk menarik minat pembeli (employer). Meminjam mindset Amazon, yang sangat customer-oriented, saya rasa penting pula untuk membuat portofolio yang employer-minded.
Cari perusahaan yang Anda minati, baca blog mereka, postingan mereka, berita tentang mereka, kemudian buat portofolio yang akan membantu mereka atau berpotensi memberikan added value kepada mereka. Jangan lupakan bahwa perusahaan running on profit, sehingga, apa pun yang bisa memberikan profit seperti added value, reduce ops time, dll., akan menjadi menarik di mata perusahaan.
Saran saya, ketika Anda membuat portofolio, sesuaikan dengan kebutuhan perusahaan yang Anda aspirasikan, serta highlight hal-hal yang menarik dan menguntungkan bagi perusahaan. Sehingga perusahaan berpikir Anda akan dapat memberikan manfaat besar jika diterima.
Sebagai contoh, sebelum melamar ke posisi data scientist di UK tempo hari, saya habiskan setidaknya 30 menit sampai dengan 1 jam sehari untuk melakukan riset mereka melalui linkedIn dan blog, dan mempelajari kebutuhan mereka. Dari sana saya mengetahui bahwa mereka sedang mendorong digitalisasi data dari data tua berupa hasil pdf scan buku, report, dan dokumen fisik lain. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, saya membuat portofolio untuk pdf scan dan output tulisan yang bisa di-copy.
Kedua, setelah melakukan riset perusahaan, saya juga mengetahui bahwa mereka aktif membuat dashboard. Oleh karena itu, saya membuatkan interactive web app untuk mengambil data well-log dan visualisasi beberapa insight. Dua portofolio ini adalah salah dua dari lima porto yang saya bawa ketika user interview, dan percaya atau tidak mereka menghabiskan banyak waktu berdiskusi mengenai portofolio saya. That is when you know, if our portfolio hits them right.
Ali Akbar:
Ada kata-kata kunci yang perlu dimasukkan ke dalam resume dan portofolio. Untuk analisis data, sebisa mungkin cari kasus yang memang menarik secara personal. Pakai data yang tersedia secara publik lebih mudah, tapi justru kerja keras untuk mengumpulkan, membersihkan, hingga akhirnya bisa menganalisis datanya itu justru jadi nilai jual tersendiri.
Ikut kompetisi juga bisa membantu kita untuk melihat data yang tidak umum. Salah satu paper saya yang diterima di SustaiNLP workshop di EMNLP (salah satu konferensi besar di bidang NLP) ditulis berdasarkan data yang saya dapatkan dari kompetisi yang diadakan UGM.
Bagaimana cara membangun jejak digital yang membantu meyakinkan perusahaan akan kapabilitas Anda terkait komponen di atas?
Badar:
Membangun jejak digital tidak saya lakukan sebelumnya, tetapi saya menyarankan untuk belajar menggunakan LinkedIn secara efektif jika saya bisa mengulang waktu.
Salah satu caranya dengan mengikuti akun bisnis atau akun yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan, banyak artikel dan konten bagus mengenai karier dan belajar yang aplikatif. Setelah itu, saya dapat membangun personal branding dengan menulis blog dari hasil belajar tersebut.
Selain itu juga diperlukan social proof melalui rekomendasi dari kolega terhadap skill yang dimiliki untuk membangun kredibilitas di LinkedIn. Kita juga perlu memberanikan diri untuk melakukan cold approach dan menambahkan connection dengan expert di bidang yang ingin dikuasai serta membangun network dengan mereka melalui diskusi untuk berbagi ilmu.
Banyak dari para expert tersebut tidak pelit ilmu dan senang untuk berbagi, karena yang diminta bukan hal yang materiil, tetapi kamu ingin belajar dari pengalaman mereka yang banyak terutama karena expertise mereka di bidang tersebut.
Aditya Arie:
Langkah pertama, perlu menyortir koneksi Anda agar koneksi Anda relevan dengan branding yang ingin Anda bangun. Misalnya, bidang pekerjaan dan interest saya di energi dan data, maka circle saya harusnya berkutat pada orang-orang yang ahli di sana. Tujuannya, agar HR dan user nanti bisa lihat kalau kita memang antusias di bidang ini. Kedua, tentu saja rajin posting di Linkedin. Saya rasa jika memang ingin mendapat pekerjaan di bidang data, sebaiknya fokus ke Linkedin.
Berikut tiga langkah yang saya sarankan:
- Jangan posting PDF, postinglah tulisan atau artikel. Mulailah menulis di blog sendiri, atau jika tidak punya, Anda bisa mulai menulis di Linkedin.
- Jangan posting code snippet di Linkedin, nobody cares. Mulailah menulis dari executive summary, apa insight yang kita dapat, baru dijelaskan background masalahnya, kemudian bagaimana approach dalam melakukan analisis. Jika memang harus melampirkan kode, sertakan saja melalui link GitHub.
- Ini trik pribadi saya, selalu usahakan buat postingan yang bisa terkait dengan postingan kita sebelumnya, agar postingan kita selalu bersambung, terkait, koheren, dan meningkatkan awareness mengenai personal branding kita.
Primawan:
Selain LinkedIn, saya sarankan Anda untuk mencari portal lokal di mana professional di negara-negara tujuan Anda biasa menulis blog. Di Jepang, misalnya, engineering blog yang populer adalah Qiita. Sementara itu, untuk blog umum biasanya menggunakan Hatena. Sedangkan di Korea, untuk menulis engineering blog, Anda bisa memanfaatkan Naver D2, sementara untuk membuat blog biasa, Anda bisa menulis di Naver Blog.
Ali Akbar:
Apa yang membuat perusahaan yakin saat melihat personal branding saya? Saya tidak tahu pasti. Yang jelas, saya memiliki kanal YouTube rekaman kuliah saya, beberapa paper yang dipublikasi bersama mahasiswa atau teman, dan repositori kuliah yang saya ampu di GitHub. Yang saya cukup yakin, semua itu hanya mengantarkan saya ke depan pintu. Sisanya harus dimaksimalkan saat wawancara (teknis dan non-teknis).
Apakah ada edukasi informal (seperti training), berbayar ataupun tidak, yang Anda sarankan untuk meningkatkan kemungkinan diterima di perusahaan luar negeri?
Aditya Arie:
Course Andrew Ng terkait machine learning dasar bisa dipelajari dari versi lama menggunakan GNU Octave, dasar-dasarnya masih mirip dan relevan. Untuk versi baru menggunakan Python, bisa mengambil DeepLearning.AI (kalian bisa mengajukan keringanan biaya hingga gratis).
Course dari DataCamp juga saya rekomendasikan, terutama untuk latihan-latihannya dan pertanyaan interview-nya. Secara personal, saya dan rekan yang bekerja sebagai data scientist di UK memanfaatkan platform ini. Untuk harganya, menurut saya relatif oke.
Jika course yang saya rekomendasikan di atas berbahasa Inggris, tetapi untuk course berbahasa Indonesia saya menyarankan intip kelas-kelas dari Pacmann, terutama terkait matrix algebra dan machine learning from scratch. Materi-materi ini sangat membantu pemahaman akan konsep di balik recommender system, optimasi model, dan image recognition. Di bidang saya, ketiga hal ini yang paling dicari.
Primawan:
Keterampilan berbahasa, sebagai hard skill yang penting untuk dikuasai ketika ingin bekerja ke negara Asia Timur, harus dibuktikan dengan sertifikasi. Untuk mendapat skor baik dalam sertifikasi semacam ini, Anda bisa mengikuti beberapa program persiapan sertifikasi bahasa. Di Jepang, nama sertifikasi bahasa ini disebut sebagai JLPT, dan tingkatannya dari N1–N5 di mana N1 adalah tingkat tertinggi dan N5 adalah tingkat terendah. Untuk bekerja di Jepang, tingkat kemampuan berbahasa minimum yang diminta umumnya adalah tingkat N3 (conversational) dan atau tingkat N2 (business level).
Sementara itu, di Korea sertifikasi bahasanya disebut dengan TOPIK. Tingkatannya dimulai dari TOPIK 1 hingga TOPIK 6. TOPIK 1 adalah tingkat terendah sementara TOPIK 6 adalah tingkat tertinggi. Untuk bekerja di Korea, tingkat kemahiran yang diminta umumnya dimulai dari TOPIK 4 (conversational), dan atau TOPIK 5 (business level).
Ali Akbar:
YouTube punya banyak sekali rekaman kuliah-kuliah keren dari luar negeri. Saya suka beberapa kuliah dari Harvard dan Stanford terkait data science dan machine learning. DeepLearning.AI juga menarik dan up-to-date. Khan Academy juga punya banyak kuliah bagus untuk materi fundamental.
Penutup
Berdasarkan pengalaman narasumber yang kami wawancarai, komunikasi efektif dan memahami kultur di negara tujuan sangat penting dalam pekerjaan. Hal ini dapat dilatih dengan mengamati bagaimana mereka bekerja dan sering berdiskusi dengan orang yang memahami kultur tersebut.
Riset mengenai kebutuhan perusahaan di negara tujuan dan memahami portofolio yang dibutuhkan oleh perusahaan di luar negeri itu sangat dibutuhkan karena portofolio pada dasarnya adalah brosur diri kita untuk menarik minat pembeli (employer). Setelah itu, diperlukan jejak digital yang baik agar employer dapat melihat bagaimana kita berpikir, apa yang dapat kita kerjakan dan tingkat pemahaman kita.
Kita juga perlu melakukan riset agar mengetahui do’s and don’ts dalam melakukan personal branding. Untuk edukasi informal, bisa mengambil beberapa course yang disediakan berbagai platform. Jangan lupa juga untuk memahami ilmu fundamentalnya, khusus untuk bahasa, beberapa perusahaan memiliki syarat sertifikasi kefasihan bahasa yang perlu diambil.
Dari banyaknya variabel yang telah disebutkan agar meningkatkan keberhasilan untuk bekerja di luar negeri, Pacmann setuju dalam banyak hal, karena setelah melakukan mentoring siswa di Job Preparation Program , kami mengamati beberapa hal umum yang bisa ditingkatkan untuk meningkatkan keberhasilan dalam melamar pekerjaan, seperti kemampuan komunikasi, membuat portofolio, sampai membangun personal branding yang baik.