Bagaimana Cara Perusahaan Berkompetisi dalam Inovasi?
Pacmann Team Juli 5, 2023
Publikasi ini merupakan kelanjutan dari: Bagaimana Praktisi Beradaptasi dengan Perubahan Teknologi?
Jika Anda tidak memiliki banyak waktu untuk membaca keseluruhan artikel ini, berikut poin-poin yang dapat dipelajari dari beberapa pakar teknologi di Indonesia terkait cara beradaptasi dengan teknologi yang selalu berubah:
- Mengadopsi teknologi baru merupakan suatu keniscayaan, tetapi tidak semua teknologi anyar layak untuk diadopsi oleh organisasi. Diperlukan kecermatan dalam menaksir manfaat dan urgensi dari adopsi teknologi sebelum mengimplementasikan teknologi tersebut.
- Suatu teknologi baru dapat dikatakan memiliki urgensi untuk diadopsi apabila teknologi tersebut berdampak langsung pada obyektif bisnis. Bagi organisasi for-profit, in berarti memiliki dampak terhadap revenue maupun competitiveness.
- Penting bagi organisasi untuk memiliki roadmap pengembangan dan implementasi teknologi yang terstruktur dan bertahap, tetapi tetap diiringi dengan budaya diskusi yang terbuka untuk mengeksplorasi hal-hal baru.
- Organisasi perlu menentukan metrik-metrik untuk memonitor dan mengevaluasi dampak dari adopsi suatu teknologi baru secara berkala. Metrik yang dipilih harus disesuaikan dengan proses bisnis organisasi dan obyektif bisnis yang ingin dicapai.
Adopsi teknologi dalam bisnis mengacu pada penerimaan dan integrasi teknologi baru ke dalam sistem yang ada maupun membuat suatu sistem yang baru. Adopsi teknologi dalam konteks ini umumnya berfokus pada bagaimana menggunakan teknologi secara maksimal dalam proses beradaptasi dengan perubahan kebutuhan konsumen atau memenangkan persaingan.
Premis pada artikel kami sebelumnya “Bagaimana Praktisi Beradaptasi dengan Perubahan Teknologi?”, mungkin membuat Anda berpikir bahwa semua perkembangan terbaru dalam teknologi layak untuk diikuti, dan organisasi yang tertinggal dalam pengadopsian teknologi termutakhir akan tertinggal dari para pesaingnya. Namun, penting diingat bahwa tidak semua teknologi baru dirancang untuk memenuhi kebutuhan organisasi Anda.
Beberapa perkembangan teknologi baru mungkin benar-benar membuang-buang uang dan waktu perusahaan Anda, tanpa memberikan banyak keuntungan dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang. Seringkali, organisasi dengan skala berbeda, seperti startup dan organisasi mapan, juga perlu bereaksi terhadap inovasi secara berbeda.
Lantas, bagaimana para pakar di bidang IT memastikan adopsi teknologi terbaru mampu membantu perusahaan mereka untuk berkompetisi dalam inovasi? Simak wawancara kami dengan beberapa pakar di bidang IT berikut ini:
Apa latar belakang Anda?
Riyad:
Riyad Rivandi, CTO at Pacmann AI and Valiance (LinkedIn)
Saya adalah software engineer dengan pengalaman 9 tahun di bidang teknologi. Di awal karir saya, pekerjaan saya mencakup data integration, backend engineering, serta cloud engineering. Dalam 7 tahun terakhir saya fokus pada pengembangan sistem pembelajaran mesin (ML), serta manajemen operasi dari pembelajaran mesin, atau lebih dikenal sebagai MLOps yang merupakan irisan dari machine learning, data engineering, dan DevOps. Saat ini saya adalah CTO dari Pacmann dan Valiance, sebuah perusahaan konsultan ML. Saya mengepalai tim software engineering, data science, data engineering. Tanggung jawab saya pada umumnya adalah solution architect untuk masalah engineering di Pacmann dan Valiance.
Aria:
Aria Ghora Ph.D., AI Engineer (LinkedIn)
Saat ini saya adalah seorang AI research engineer. Sebelumnya, saya menempuh pendidikan doktor di Korea, di sana saya melakukan riset di bidang pembelajaran mesin(ML) selama 5 tahun. Setelahnya saya melanjutkan karir saya sebagai ML engineer selama beberapa tahun. Keseharian saya dalam bekerja adalah memproduksi hasil riset guna memenuhi kebutuhan klien dan berkontribusi terhadap pengembangan produk di perusahaan tempat saya bekerja. Pekerjaan saya kurang lebih berada di spektrum antara data scientist dan ML engineer lah.
Doni:
Doni Rubiagatra, Partner and Head of Engineering at Zero One Group (LinkedIn)
Saya bekerja sebagai Partner and Head of Engineering di Zero One Group, sebuah perusahaan konsultan teknologi yang menangani klien multinasional. Sehari-hari saya bertanggung jawab atas divisi engineering dalam sisi strategis, manajerial, dan teknis. Dalam 5 tahun terakhir, kami mengerjakan berbagai macam proyek seperti pembuatan software optimasi manufaktur menggunakan pemodelan matematika dan dashboard global yang melacak penggunaan pembangkit listrik bertenaga batu bara (bloombergcoalcountdown.com).
Ardya:
Ardya Dipta Nandaviri, Head of Data at Kalbe (LinkedIn)
Saat ini saya bekerja di Kalbe Corporation sebagai Head of Data Science and Business Insights kurang lebih sejak sebulan lalu. Sebelumnya, saya berkarier di Gojek selama 5 tahun 8 bulan, dimulai sebagai Senior Data Scientist, kemudian menjadi Lead Data Scientist/DS Manager. Dalam 5 tahun terakhir, pekerjaan saya mencakup membantu meningkatkan performa bisnis perusahaan dengan data science. Saya memimpin sebuah tim berisikan data analyst dan data scientist, dan terlibat langsung dalam data science workflow mulai dari business understanding, EDA, model development, experiment, deployment, dan presentasi ke stakeholder. Sejauh ini, saya terlibat dalam project recommendation system untuk meningkatkan consumer experience, fraud detection, vehicle routing (GoSend Sameday), dan lain-lain.
Kapan sebuah perusahaan harus mengadopsi teknologi terbaru?
Riyad: Urgensi biasanya muncul saat ada masalah yang langsung berdampak pada bisnis terutama revenue, seperti kompetitor yang mampu membangun sistem yang lebih cepat dan handal. Dari pengalaman saya, konsultan IT dan perusahaan kecil-menengah lebih terbuka untuk melakukan trial-error teknologi untuk mengejar competitive edge. Organisasi konvensional cenderung ragu untuk mengadopsi tanpa justifikasi ini. Sementara, organisasi dalam bidang yang highly regulated memang tidak bisa dengan mudah mengadopsi teknologi terbaru, misalnya di industri perbankan.
Dari sudut pandang consulting, urgensi dan kemauan adopsi teknologi tidak akan cukup tanpa perubahan dari sisi people and process juga. Hal ini yang kadang terlewat karena pengguna aslinya terlalu fokus pada operasional harian dan kurang dilibatkan dalam perencanaan pembangunan dan adopsi teknologi itu sendiri.
Ardya: Urgensi dalam pemanfaatan teknologi terbaru akan muncul jika kompetitor juga melakukan implementasi serupa, yang meningkatkan risiko dengan tinggi di mana kompetitor menjadi dominant player di pasar. Teknologi terbaru memungkinkan kompetitor untuk melayani pasar dengan lebih efisien, memberikan value terbaik, dan lebih murah. Tanpa pengadopsian teknologi terbaru ini, perusahaan akan tertinggal dan kalah berinovasi. In the long run, perusahaan yang kalah dalam berinovasi akan mati.
Bagaimana proses adopsi teknologi di perusahaan Anda?
Riyad: Kami memiliki roadmap dalam pengembangan sistem dan implementasi bertahap dari teknologi yang ada. Untuk setiap fungsionalitas baru yang akan dibangun, kami akan melakukan evaluasi terhadap kandidat teknologi. Misal, kami memiliki roadmap untuk membuat sistem AI untuk memprediksi state of knowledge dari siswa Pacmann, kemudian merekomendasikan dengan recommender system soal dan pelajaran yang sesuai untuk siswa, soal tersebut dihasilkan dari anotasi RLHF (Reinforcement Learning with Human Feedback) sehingga bisa dihasilkan soal yang unik. Untuk fitur yang tidak kritikal, seperti sistem manajemen data anotasi, tim engineer dibebaskan bereksperimen dan membuat release cycle yang lebih cepat. Akibat ukuran perusahaan yang masih 50-100 orang, proses rilis dan edukasi pengguna bisa dilakukan dengan cukup mudah.
Aria: Perusahaan saya cukup terbuka, cenderung mengeksplorasi dan menawarkan hal baru. Ukuran perusahaan yang masih kecil juga mempermudah kami dalam mendiskusikan hal baru untuk diimplementasikan ke proyek yang kami buat. Namun, dengan tetap berhati-hati. Langkah paling umum adalah dengan memasang solusi lama dan baru, sekaligus dalam satu waktu yang sama. Jadi, customer masih tetap dapat menggunakan solusi/teknologi versi lama, tetapi juga terdapat solusi/teknologi terbaru yang jalan di belakang layar. Kemudian untuk melakukan monitoring dan A/B testing, kami menggunakan tools untuk melihat perkembangan beragam metric dalam periode tertentu. Setelahnya, baru diputuskan rilis/tidaknya teknologi terbaru/lama yang kami coba.
Doni: Kami selalu mewadahi ide kreatif dari tim pengembang terkait teknologi baru yang dapat adopsi. Ide ini akan didiskusikan oleh komite engineering yang mengevaluasi kemungkinan pemanfaatannya secara terus menerus menggunakan kerangka kerja yang telah dijelaskan di atas. Keputusan adopsi tentunya diikuti dengan proses edukasi dan peningkatan keterampilan dari tim melalui berbagai jenis pelatihan. Saya sendiri memiliki tanggung jawab untuk mengambil keputusan akhir berdasarkan hasil evaluasi bersama dan memastikan adopsinya juga berjalan dengan baik.
Bagaimana mengevaluasi dampak perubahan teknologi?
Riyad: Pengukuran dampak teknologi terbaru tergantung pada proses bisnis yang dioptimasi dan metrik evaluasi yang dipilih. Untuk hal terkait operasional, metrik paling mudah adalah perbandingan kecepatan dan ketepatan tim dalam menyelesaikan pekerjaan jika dibandingkan dengan sebelum adopsi teknologi. Untuk solusi yang memang berpusat pada teknologi, misal seperti recommender system, metrik utama sebaiknya dikaitkan dengan bisnis seperti revenue tanpa mengabaikan metrik teknis seperti waktu pemrosesan dan biaya infrastruktur.
Aria: Seperti dijelaskan pada poin sebelumnya. Selalu monitor hal yang krusial, seperti: response time, system load, memory consumption, dsb. Yang terkait dengan sistem biasanya perlu dipantau setiap hari. Dari sisi bisnis, tentu juga ada KPI yang juga dimonitor dan didiskusikan secara periodik, khususnya bersama dengan klien. Namun, untuk hal ini saya tidak bisa bicara banyak.
Ardya: Tentu dengan memonitor metrik-metrik yang telah disepakati dan melakukan banyak eksperimen. Jika teknologi yang diterapkan dapat memberikan dampak positif pada metrik tersebut, maka tindak lanjut yang dibutuhkan adalah menerapkan teknologi tersebut pada user yang lebih luas.
Apa saran Anda untuk organisasi mengenai perubahan teknologi?
Riyad: Terdapat trade-off dalam melakukan explore-exploit untuk mengejar teknologi baru atau menggunakan teknologi lama yang sudah robust. Secara umum, ekspektasi dasar business users terhadap engineer adalah sebagai problem solver dari masalah bisnis, bukan berfokus pada adopsi teknologi terbaru atau tercanggih. Tanpa terburu-buru menggunakan teknologi yang prematur, perusahaan perlu untuk memperkuat pemahaman atas requirement, complexity, dan constraint dari bisnis. Kita perlu secara sadar mencari sweet spot antara bisnis dan teknologi sesuai dengan budaya dan risk-reward appetite organisasi kita.
Aria: Belajar hal fundamental adalah penting, tapi kita tetap perlu mengikuti perkembangan. Bisa jadi ada “the new fundamental” yang akan membuat hal fundamental “lama” menjadi kian tidak relevan. Namun, juga ingat bahwa tidak semua hal shiny perlu untuk diadopsi.
Doni: Pemahaman fundamental dan high overview dari masalah yang dihadapi, jauh lebih penting dibanding sekadar berlomba mengadopsi teknologi atau framework terbaru. Kuatnya pemahaman fundamental teknologi memungkinkan kita untuk dapat berinovasi, dan menavigasi diri kita terhadap teknologi terbaru yang akan datang.
Ardya: Kita harus selalu terbuka menerima masukan dalam kapasitas kita sebagai pekerja teknologi. Keengganan dalam menerima opsi/saran teknologi terbaru akan membuat kita tertinggal. Sikap inilah yang kita harus tinggalkan sebagai pekerja profesional. Kita harus yakin, jika kita tidak melakukan inovasi, maka kompetitor kita yang akan melakukannya sehingga pada akhirnya kita yang akan kalah dalam bersaing.
Penutup
Banyak yang menjadi pertimbangan dalam adopsi teknologi di industri, terutama urgensi untuk berkompetisi serta dampaknya terhadap bisnis. Sebagian besar teknologi lama cukup baik dalam menyelesaikan masalah bisnis, tetapi kita perlu memperhitungkan langkah yang diambil oleh kompetitor untuk bisa bersaing dengan teknologi terbaru untuk melayani pasar dengan lebih efisien, memberikan value terbaik, dan lebih murah. Tanpa adopsi teknologi terbaru, bisa jadi perusahaan akan tertinggal dan kalah berinovasi. In the long run, perusahaan yang kalah dalam berinovasi akan mati.
Dalam industri, konsultan IT dan perusahaan kecil-menengah lebih terbuka untuk melakukan trial-error teknologi untuk mengejar competitive edge. Organisasi konvensional cenderung ragu untuk mengadopsi tanpa justifikasi ini. Sementara, organisasi dalam bidang yang highly regulated, seperti perbankan, memang tidak bisa dengan mudah mengadopsi teknologi terbaru.
Terdapat trade-off dalam melakukan explore-exploit untuk mengejar teknologi baru atau menggunakan teknologi lama yang sudah robust. Walaupun mengejar teknologi terbaru agar bisa berkompetisi di pasar, diperlukan pengetahuan fundamental agar bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh user dalam konteks bisnis.
Poin pentingnya adalah, terbuka akan keberadaan teknologi baru itu sangat penting untuk tetap kompetitif dan memberikan value kepada consumer, tapi adopsi teknologi dalam lingkup bisnis perlu memperhitungkan banyak hal, terutama dampaknya terhadap user dan operasional bisnis.
“Don’t get distracted by shiny objects!” ~ Ray Dalio
Publikasi ini merupakan kelanjutan dari: Bagaimana Praktisi Beradaptasi dengan Perubahan Teknologi?
Melakukan update pemahaman atas teknologi juga dapat dilakukan dengan melakukan training dalam bidang data science, AI/ML, data engineering, software engineering, data analysis, dan product management.
Sumber gambar: