Data Storytelling: Skill Wajib Data Professional
Annisa Jamilatul September 16, 2022 6 min read
Saat Anda mendengar profesi data analyst atau data professional, hal apa yang pertama kali ada di pikiran Anda?
Mungkin Anda membayangkan pekerjaan yang berkutat dengan spreadsheet, berhubungan dengan statistik, menggunakan coding, dan lain sebagainya.
Anda tidak salah.
Namun, selain hard skill tersebut seorang data analis dan data professional lainnya juga harus memiliki soft skill untuk menunjang pekerjaan mereka, salah satunya adalah data storytelling.
Penasaran apa itu data storytelling? Simak penjelasan lengkapnya di dalam artikel ini yaa,
Apa itu data storytelling?
Data storytelling adalah kemampuan mengkomunikasikan insights atau wawasan dari sekumpulan data secara efektif menggunakan narasi dan visualisasi.
Secara sederhananya, data storytelling merupakan seni menyampaikan data yang dirasa penting untuk diperhatikan agar mudah dipahami oleh audiens.
Kenapa data storytelling penting?
Penelitian yang dilakukan oleh Chip Heath (profesor di Stanford Graduate School of Business)–dan menjadi populer lewat buku yang ditulis bersama saudaranya Dan Heath, menemukan bahwa 63% orang dapat mengingat cerita, namun hanya 5% yang dapat mengingat statistik (angka, stats, dan lain-lain).
Dari data tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa manusia memang akan lebih mudah mengingat dan memahami sesuatu jika diceritakan daripada hanya disodorkan kumpulan data dalam sebuah spreedsheet.
Storytelling sudah menjadi bagian dari hidup manusia ribuan tahun lalu, Anda mungkin menyadari bahwa nenek moyang kita senang menggambar sesuatu di dinding goa untuk menjelaskan sebuah kejadian atau prosesi.
Bahkan hingga sekarang di era digital, kita juga senang mendengarkan cerita baik melalui Youtube maupun Podcast.
Data storytelling merupakan hal penting karena pada dasarnya otak manusia lebih memilih cerita daripada hanya gambaran statistik saja.
Hal ini juga mengingat banyaknya data dan informasi yang dihasilkan setiap harinya dan harus diputuskan mana data yang termasuk dalam kategori penting untuk diproses dan diingat dan mana yang harus dibuang.
Saat mendengarkan cerita banyak bagian otak yang terlibat dan ketika hal tersebut terjadi, hippocampus sebuah area tempat penyimpanan ingatan jangka pendek, lebih mungkin untuk mengubah pengalaman mendengar cerita tersebut menjadi ingatan jangka panjang.
Dengan menggunakan data storytelling, Anda bisa membangkitkan respons emosional pada tingkat saraf yang dapat membantu poin Anda diingat dan ditindaklanjuti.
Kenapa data professional wajib punya data storytelling skill?
Data professional wajib memiliki data storytelling skill karena kemampuan tersebut dapat digunakan untuk memasukkan insight dari data kedalam sebuah konteks dan menginspirasi audiens untuk menindaklanjutinya.
Dikutip dari Hal Ronald Varian (Chief Economist Google) saat interview tahun 2009, ia mengatakan bahwa kemampuan untuk mengambil data, memahaminya, untuk memprosesnya, mengekstrak nilai dari data tersebut, untuk memvisualisasikannya, dan mengkomunikasikannya, semua skill itu akan menjadi keterampilan yang sangat penting dalam dekade mendatang.
Dan sepertinya pernyataannya terbukti saat ini.
Komponen data storytelling
Data storytelling sendiri memiliki tiga komponen yang wajib Anda ketahui, komponen tersebut antara lain;
Data
Melalui analisis yang akurat, data yang lengkap berfungsi sebagai dasar dari cerita data Anda.
Analisis data dengan menggunakan deskriptif, diagnostik, prediktif, dan preskriptif memungkinkan Anda untuk memahami gambaran secara lengkap.
Narasi
Baik narasi tertulis maupun narasi secara lisan, keduanya sama-sama disebut sebagai sebuah storyline yang digunakan untuk mengkomunikasikan insights yang diperoleh dari data, konteks yang ada didalamnya, dan tindakan yang Anda rekomendasikan untuk diambil dan bertujuan untuk menginspirasi audiens Anda.
Visualisasi
Representasi visual dari data dan narasi Anda dapat berguna untuk mengkomunikasikan atau meyampaikan ceritanya dengan lebih jelas dan mudah untuk diingat.
Visualisasi ini bisa berupa chart, grafik, diagram, gambar maupun video.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam komponen ini adalah:
Cara membangun data storytelling
Data storytelling menggunakan narasi yang sama dengan cerita pada umumnya yakni menggunakan karakter, setting, plot, dan juga resolusi.
Untuk lebih mudah memahami dalam membangun data storytelling, perhatikan contoh berikut ini.
Misalnya saja, Anda adalah seorang data analis yang baru saja menemukan bahwa perusahaan tempat Anda bekerja mengalami penurunan penjualan pada pelanggan usia antara 17 dan 30 tahun.
Anda mengetahui penyebab dari penurunan tersebut dikarenakan oleh postingan sosial media yang viral. Postingan tersebut menyoroti dampak negatif perusahaan Anda pada lingkungan.
Anda kemudian membuat sebuah narasi untuk menjelaskan temuan tersebut menggunakan 4 elemen tadi.
Karakter
Karakter pada kasus tersebut adalah pemain, stakeholder termasuk juga konsumen usia antara 17 dan 30 tahun, konsumen sadar lingkungan, dan tim internal Anda.
Hal ini tidak harus menjadi bagian dalam presentasi, tetapi sebelumnya Anda wajib mengetahui pemain utama tersebut.
Setting
Buatkan sebuah setting yang menjelaskan bahwa belakangan telah terjadi penurunan penjualan pada konsumen usia antara 17 hingga 30 tahun.
Gunakan visualisasi data untuk menunjukkan penurunan tersebut pada semua tipe konsumen dan highlight penurunan terbesar pada konsumen usia tersebut.
Plot atau konflik
Deskripsikan akar masalah dari isu atau kasus tersebut. Contohnya sebuah postingan yang menyoroti dampak negatif dari perusahaan terhadap lingkungan telah viral di sosial media.
Gabungkan penelitian dari artikel ataupun jurnal yang membahas mengenai bagaimana konsumen saat ini lebih sadar akan lingkungan dari sebelumnya dan bagaimana sustainable produk berpotensi untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.
Ingatkan juga bahwa praktik manufaktur perusahaan Anda yang tidak berkelanjutan (unsustainable) saat ini untuk menjelaskan mengapa konsumen berhenti membeli produk Anda.
Resolusi
Setelah itu, ajukan solusi yang telah Anda temukan. Didasarkan pada data tersebut, Anda menawarkan sebuah tujuan dan gol jangka panjang untuk berubah ke praktik manufaktur yang berkelanjutan.
Anda juga dapat fokus pada upaya marketing dan public relation agar perubahan tersebut bisa dilihat oleh semua konsumen.
Apa pun cerita yang dihasilkan dari data, Anda bisa mengkomunikasikannya secara efektif dengan menggunakan 4 elemen di atas.
Contoh-contoh dan use case data storytelling
Berikut contoh dari perusahaan-perusahaan yang telah memanfaatkan data storytelling untuk berkomunikasi dengan konsumen mereka,
Spotify
Selama beberapa tahun terakhir, Spotify meluncurkan Spotify Wrapped, mengirim recap tahunan kepada seluruh usernya.
Recap ini dibangun dari statistik yang divisualisasikan dan ditambahkan storytelling yang menarik bagi setiap pengguna, menampilkan total waktu user mendengarkan musik lewat Spotify, artis favorit mereka, genre lagu yang paling sering diputar, podcast dan musik yang paling sering didengar, dll.
Ini merupakan cara yang menarik untuk mengomunikasikan nilai layanan mereka daripada hanya mengirimkan ucapan terima kasih sederhana karena telah menggunakan layanan Spotify.
Slack
Slack menggantikan email yang biasa-biasa saja dengan data storytelling untuk membuat dialog yang menarik dengan user.
Alih-alih mengirimi email statistik biasa, Slack mengirimkannya lewat visualisasi data.
Case yang paling umum adalah Slack’s Weekly Summary.
Uber
Selain menggunakan data visualization dalam day-to-day mereka, Uber menggunakan data storytelling untuk berkomunikasi setiap tahun dengan pelanggan mereka–In the rear-view.
Uber memberikan informasi yang menujukkan seberapa banyak nilai atau value layanan mereka telah berikan dan sediakan untuk penggunannya.
Menampilkan statistik yang dipersonalisasi dari pengalaman pelanggan mereka dengan aplikasi, sehingga pelanggan dapat melihat seberapa besar pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari mereka.
Minna Wang (Jasper Strategic Finance Manager), juga menulis artikel tentang recap beberapa case data storytelling yang dilakukan Uber di laman Medium-nya. Kamu bisa akses tulisannya di sini.
Gojek
Gojek juga merupakan brand praktisi data storytelling terbaik di Asia.
Cukup banyak rilis data visualization dan storytelling yang dihasilkan Gojek.
Contoh paling sederhananya adalah GoClub dan fitur terbaru mereka, GoTransit.
Selain itu, Gojek juga mengirimkan usernya data statistik tahunan beserta impact-nya seperti bagaimana fee yang di-spend oleh user dalam setahun ke belakang dapat membantu para driver, rider, dan teman-teman di balik GoFood dan beberapa fitur Gojek lainnya.
Immanuel Ambhara (Head of BI Gojek) juga pernah menulis artikel tentang ini di Blog Gojek dengan judul Using Data To Appreciate Our Customers.
Itulah penjelasan lengkap mengenai data storytelling dan mengapa data storytelling ini jadi hal yang penting.
Semoga artikel ini membantu Anda untuk lebih mudah memahami data storytelling.
Untuk belajar lebih dalam tentang data, kamu bisa enroll di salah satu program Sekolah Data Pacmann.
Kunjungi halaman program atau diskusi langsung dengan Pacmann via Twitter.
Artikel Popular
Data Engineer dan ML Engineer: Perbedaan Tanggung Jawab, Skill, dan Gaji
July 23, 2023
Mengenal Data Preprocessing: Langkah Awal dalam Data Mining
July 21, 2023
Apa yang Dimaksud dengan Machine Learning?
July 21, 2023
Ini Dia Alasan Mengapa Data Scientist Digaji Besar!
July 20, 2023
Pentingnya Business Intelligence (BI) Dashboard untuk Pengambilan Keputusan Bisnis
July 19, 2023