Pada tulisan ini Pacmann ingin membahas secara singkat tentang beberapa tokoh CEO dari top tech company yaitu: Sundar Pichai, Tim Cook, dan Satya Nadella.
Bagaimana mereka memulai karier sampai ke posisi C-Level di tech company paling berpengaruh di dunia?
Apa saja skill yang dibutuhkan di posisi manajerial dan bagaimana cara mereka dalam memperoleh skill tersebut selain hasil dari years of experience?
Pendidikan dan Awal Karier
Sundar Pichai (CEO Alphabet dan Google) memperoleh gelar sarjananya (Bachelor of Technology) dari Indian Institute of Technology Kharagpur pada tahun 1993.
Menjadi salah satu lulusan terbaik di sana, dia melanjutkan pascasarjana dengan beasiswa dan memperoleh gelar Master of Science (engineering and materials science) dari Stanford University dua tahun kemudian.
Pichai bergabung bersama Google pada tahun 2004 sebagai Head of Product Management and Development setelah sebelumnya bekerja di Applied Materials dan McKinsey.
Pichai mengepalai product management and innovation untuk produk Google Suite, termasuk Google Chrome, Chrome OS, dan juga Google Drive.
Tim Cook (CEO Apple) di lain sisi, adalah lulusan Bachelor of Science (industrial engineering) dari Auburn University tahun 1982.
Cook bekerja di IBM setelah lulus sarjana dan bertahan di sana selama 12 tahun.
Kemudian menjadi CEO divisi computer reseller di Intelligent Electronics.
Tahun 1997, Cook menjadi Vice President for Corporate Materials di Compaq dan hanya bertahan selama setengah tahun sebelum di-hijack oleh Steve Jobs untuk membangun Apple.
Posisi pertamanya di Apple saat itu adalah Senior Vice President for Worldwide Operations.
Fast forward ke tahun 2011, Cook jadi CEO Apple menggantikan Steve Jobs dan bertahan sampai saat ini.
Next, jika kita lihat perjalanan karier dari Satya Nadella (CEO Microsoft), dia memulai pendidikan sarjananya di Manipal Institute of Technology dan memperoleh gelar Bachelor’s in Electrical Engineering tahun 1988.
Tahun 1990, Nadella tamat dari University of Wisconsin–Milwaukee dengan membawa pulang gelar Master of Science (Computer Science).
Sebelum bergabung dengan Microsoft pada tahun 1992, Nadella bekerja di Sun Microsystems sebagai IT staff.
Selama bergabung dengan Microsoft, Nadella telah berkontribusi banyak dan mengisi berbagai role strategis hingga pada awal tahun 2014, Nadella ditunjuk sebagai CEO baru Microsoft.
Hal ini menjadikannya sebagai CEO ketiga setelah Bill Gates dan Steve Ballmer.
Pertanyaannya adalah, apakah ada pendidikan atau skill lain yang mengantarkan mereka ke posisi manajerial atau bahkan CEO? Ditambah lagi, jika diperhatikan, ketiga orang ini adalah engineer.
Pada case-nya Pichai, bagaimana bisa dia mencapai posisi manajerial atau bahkan bekerja di McKinsey sebagai lulusan teknik?
Skill yang Mengantarkan ke Posisi CEO
Ketiganya punya jejak pendidikan MBA.
Itulah kenapa mereka bisa masuk dan berperan di posisi strategis perusahan.
Namun, hal penting dan yang jadi kenyataannya di sini adalah bukan semata-mata karena mereka mengenyam pendidikan MBA.
Tentunya ada skill tertentu yang dibutuhkan oleh tech company dan skill ini bisa diperoleh dari pendidikan MBA.
Meski mereka adalah orang-orang pintar dengan banyak pengalaman, mereka tetap terus belajar dan mengupgrade skill mereka untuk terus mengakselerasi kariernya.
Turned out, ketiganya memilih mengupgrade skill melalui MBA.
Sundar Pichai–yang tahun lalu mengatakan kepada Bloomberg bahwa milestone 1 kuadriliun dolar perusahaannya dicapai dengan produk paling tua mereka (Search) karena kebutuhan informasi semakin tinggi dan Google sudah punya algoritma baru yaitu MUM–adalah lulusan MBA Whatford tahun 2002, sebelum dia bekerja di McKinsey.
Bertahan dua tahun di McKinsey, Pichai bergabung dengan Google.
Tim Cook mengenyam pendidikan MBA di Duke University’s Fuqua School of Business dan lulus pada tahun 1988, saat masih bekerja di IBM.
Satya Nadella adalah lulusan MBA dari University of Chicago Booth School of Business tahun 1997, lima tahun setelah bergabung dengan Microsoft.
Pada titik ini kita bisa setuju bahwa ada beberapa skill penting yang dibutuhkan untuk mengisi posisi strategis dan manajerial ini, dan skill ini diajarkan di sekolah MBA.
Apa Kelebihan dari MBA? Kenapa Mereka Memilih MBA?
Terlihat jelas bahwa ketiga CEO top tech company ini adalah lulusan MBA top university.
Beberapa hal yang jadi privilege bagi mereka yang mengenyam pendidikan MBA adalah:
- Networking oppprtunities
- Rigorous curriculum
- Practical knowledge
Hal-hal yang disediakan oleh pendidikan MBA ini sangat berguna dalam melatih skill manajerial.
Posisi strategis dan skill yang mumpuni, tidak heran lulusan MBA digaji relatif lebih besar dibandingkan dengan lulusan dari disipilin ilmu lain.
The thing is, not all people are privileged enough untuk mengenyam pendidikan MBA di kampus ternama di luar negeri.
Terlebih lagi, jika diperhatikan rentang waktu mereka mengenyam pendidikan MBA, ini adalah masa-masa di mana perkembangan teknologi belum sebesar dan secepat sekarang (pre and early Google).
Oleh karena itu, potensi untuk mengenyam pendidikan yang legit dan bagus masih terbatas pada pilihan sekolah MBA tradisional.
Dibandingkan dengan lima tahun ke belakang, sudah banyak sekali pendidikan setara Master Degree yang bisa dilakukan via internet dengan sistem online.
Pertanyaannya saat ini adalah–setelah kita setuju bahwa skill yang diajarkan di sekolah MBA (atau setara MBA) adalah penting, bagaimana kita bisa memperoleh akses ini dengan lebih efektif? Tanpa perlu langsung ke sekolah tradisional, namun tetap mampu menyerap ilmu yang setara.
Yup, kita bergantung pada komunitas dan internet.
Internet selalu jadi solusi untuk sebagian besar tantangan pendidikan.
Pembekalan Skill Setara Lulusan MBA Tradisional
Menjawab judul tulisan ini tentang ‘menjadi seorang CEO atau mengisi role apa pun di bidang manajerial butuh skill yang diajarkan di MBA school’, tim produk dari Pacmann sudah membangun kurikulum MBA in Tech.
MBA in Tech di Pacmann disesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini, di mana banyak tech startup yang membutuhkan SDM untuk mengisi posisi strategis dan manajerial.
Banyak engineer dan terutama data scientist di industri data yang punya skill engineering yang sangat mumpuni namun masih tertinggal di bagian skill manajemen dan administrasi bisnis.
Akan jadi nilai tambah bagi para engineer jika mempelajari MBA skill.
Terbukti, ketiga tokoh yang dibahas di tulisan ini juga melakukan hal yang sama (engineer yang belajar business administration).
Selain bagi para engineer, role lain yang berperan dalam tech dan data industry juga membutuhkan kemampuan atau skill manajerial ini.
Kenapa MBA in Tech?
Data dari World Economic Forum tahun 2020 menunjukkan bahwa beberapa emerging tech roles adalah management and business roles yang dituntut selain memiliki tech skill juga harus punya business administration skill.
Ekspektasi industri terhadap kompetensi lulusan MBA juga didominasi oleh interpersonal/relation, strategic, dan leadership skill.
Berdasarkan survey Financial Times pada tahun 2019, 64% responden ingin meng-hire lulusan MBA yang mempunyai soft skill yang baik dan ini linear dengan data GMAC awal tahun ini.
Hasil riset tim produk Pacmann menunjukkan bahwa, skill utama yang dibutuhkan oleh posisi pekerjaan di tech dan data industry saat ini adalah:
- Interpersonal and Communication
- Business Fundamentals
- Management Skill
- Research Skill
- Strategy
- Leadership
Semua skill ini merupakan core skill yang wajib dimiliki oleh semua orang yang berperan di role manajerial, terutama untuk kamu yang ingin percepatan karier, dan sebagai kebutuhan untuk posisi C-Level.
Hipotesisnya, dengan program MBA yang tepat, komunitas dan penyedia pendidikan dapat memenuhi gap antara calon karyawan dan industri.
MBA in Tech Pacmann
Dengan semua data yang tersedia dan kenyataan bahwa penyedia pendidikan yang menghasilkan lulusan MBA di Indonesia masih sangat terbatas, Pacmann punya tujuan untuk mengisi gap ini dan memajukan industri di Indonesia dengan langkah awal memenuhi kebutuhan sumber daya yang punya skill setara dengan MBA tradisional.
Langkah konkret yang dilakukan Pacmann adalah dengan melakukan:
- riset kebutuhan,
- merancang kurikulum yang robust dan komprehensif untuk menjawab kebutuhan industri,
- menyediakan akses pendidikan dan peningkatan MBA in Tech skill,
- melakukan bridging dengan MBA graduates dari berbagai top MBA school, dan
- menjadi fasilitator untuk peningkatan skill dan percepatan karier di Indonesia.
Mengacu pada mission statement Pacmann,
A pioneer in building literacy and solutions based on data and machine learning to help people and organizations doing digital transformation in the industry.
Pacmann ingin membekali praktisi di tech industry di Indonesia dengan skill yang setara dengan skill lulusan MBA tradisional.
Cari tahu lebih lanjut tentang Sekolah Bisnis Pacmann.
Further Reading:
Brief Explanation of Pacmann Non-Degree MBA in Tech Curriculum
Artikel Popular
Data Engineer dan ML Engineer: Perbedaan Tanggung Jawab, Skill, dan Gaji
July 23, 2023
Mengenal Data Preprocessing: Langkah Awal dalam Data Mining
July 21, 2023
Apa yang Dimaksud dengan Machine Learning?
July 21, 2023
Ini Dia Alasan Mengapa Data Scientist Digaji Besar!
July 20, 2023
Pentingnya Business Intelligence (BI) Dashboard untuk Pengambilan Keputusan Bisnis
July 19, 2023